Bangga Menjadi Moderat, Buah Latah Ikuti Barat

Oleh : Sindi Laras Wari (Aktivis Muslimah)

Medan, Perpek Media – Moderasi beragama kini kian menyusupi kehidupan umat muslim, bahkan moderasi beragam masuk ke dalam mata pelajaran anak sekolahan. Tentu saja hal ini dapat mengakibatkan umat Islam makin jauh dengan ajaran agamanya sendiri. Begitulah ketika hidup dalam balutan sekularisme, bangga ketika dianggap moderat dan takut dianggap ekstrem apabila benar-benar menjalankan aturan agamanya.

Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YP SIM) meraih juara pertama sekolah moderasi beragama di tingkat nasional. Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Medan merupakan salah satu pemenang lomba inovasi Moderasi Beragama 2023 dan diakui oleh Balai Litbang Agama (BLA) Semarang (analisadaily.com, 09/10/2023).

Salah satu sekolah di Medan mendapatkan penghargaan sebagai sekolah moderasi beragama dan menduduki peringkat satu, yayasan juga merasa bangga atas penghargaan yang diterima berkat apresiasi dan pengakuan yang diberikan oleh pihak Kementerian Agama.

Moderasi merupakan jalan tengah, dan moderasi beragama berarti cara beragama menggunakan jalan tengah. Jalan tengah yang dimaksud ialah ketika seseorang menjalankan agamanya maka tidak terlalu ekstrem dan tidak berlebihan. Orang yang menjalankan hal tersebut dikatakan dengan moderat.

Moderat yang diajarkan di dunia sekolah, ialah bahwa moderat dimaksud tidak menolak paham-paham yang berasal dari barat termasuk toleransi beragama, seperti yang ditulis dalam laporan penelitian sebuah lembaga milik AS RAND Corporation berjudul “Building Moslem Moderate Network” dan disebarkan ke seluruh dunia Islam (lensamedianews.com, 14/07/2023).

Moderasi beragama bukan suatu hal yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Di mana seperti yang diajarkan dibangku sekolahan saat ini bahwa menjadi seorang yang beragama Islam tidak perlu mengikuti ajaran Islam secara sempurna. Seorang muslim harus terbuka dan mengakui keyakinan agama lain serta nilai-nilainya, meski hal itu bertentangan dengan syariat Islam. Saat memeluk Islam secara sempurna dikatakan sebagai fundamentalis atau radikal serta ekstrem, sedangkan terbuka atau modern dikatakan sebagai moderat.

Rasulullah saw. mengajarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah diperintahkan umatnya untuk mengerjakannya maka kerjakanlah sesuai dengan syariat. Tidak perlu memikirkan apa pendapat dan pandangan orang lain terhadap diri kita, kalau yang kita kerjakan tidak melanggar hukum syarak maka kerjakan saja.

Akibat dari adanya moderasi beragama membuat masyarakat ikut ke dalam arus toleransi yang kebablasan. Alhasil masyarakat yang beragama Islam akan dicap ekstrem apabila tidak ikut andil dalam mengucapkan hari perayaan keagamaan mereka. Masyarakat tersebut akan dikucilkan dan dikatakan intoleran, hal ini terjadi dengan memojokkan orang yang memegang erat apa yang diajarkan oleh agamanya.

Dengan memasukkan moderasi beragama di dalam pelajaran anak sekolahan, mengakibatkan nilai-nilai agama akan ditinggalkan oleh mereka yang tidak memahami bagaimana toleransi yang seharusnya seperti yang diajarkan Rasulullah saw., maka akan lahirlah anak dengan paham kebebasan, tidak mengapa melanggar aturan agamanya sendiri yang penting mereka menerapkan moderasi beragama.

Namun, begitulah hidup dalam sistem sekularisme di mana aturan kehidupan akan dipisahkan dengan aturan agama. Jadi, di dalam menjalankan kehidupan pemerintahan, bernegara hingga pendidikan tidak ada yang namanya mengaitkan bahwa aturan agama harus digunakan dalam kehidupan. Dari menggunakan sistem sekuler ini maka lahirlah orang-orang yang tidak amanah dan tidak jujur, belajar ilmu bagaimana caranya mendapatkan keuntungan yang besar, tetapi mereka tidak belajar keuntungan yang hanya boleh didapatkan dengan cara yang jujur dan tidak berbohong atau menipu orang lain.

Harusnya tidak bangga ketika kita dianggap sebagai orang yang moderat, orang-orang yang berhasil menerapkan kemoderatannya di dalam kehidupannya. Sebab sejatinya kemoderatan akan menghilangkan nilai agama di mana ketika berbuat harus sesuai dengan syariat agama.

Pemuda hari ini ialah generasi dimasa yang akan datang. Namun, dengan adanya moderasi beragama yang memoderasikan agama Islam yang berkonspirasi dengan kapitalisme liberalisme, maka potensi pemuda dibajak dan dialihkan ke arah lain. Generasi muda saat ini banyak yang sudah cukup puas ketika menjadi buruh di perusahaan kapitalis, standar kebahagiaan pun hanya meraih materi semata.

Barat kian merasa terancam penjajahan yang mereka lakukan di negeri kaum muslim akan terusik jika umat Islam bangkit. Sebab hanya Islam yang membongkar akar kezaliman dan penderitaan yang selama ini dirasakan, yakni buah dari penerapan sekularisme, kapitalisme dan demokrasi.

Islam-lah yang mampu memperlihatkan wajah buruk mereka, karena itu mereka senantiasa berusaha menjauhkan kaum muslim dari ajaran agamanya. Sebab mereka tahu kekuatan akan terbentuk apabila umat Islam menyatu dengan agamanya.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَاۤ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّـلْعٰلَمِيْنَ
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Anbiya [21]: 107).

Wallahualam bissawab.

(*/Red)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *